Kebahagiaan adalah suatu keadaan di mana seseorang berada dalam pikiran yang tenang, dan perasaan penuh dengan cinta kasih. Tentu keadaan ini berasal dari diri sendiri dan bukan di dapat dari orang lain, karena yang dimaksudkan di sini adalah kebahagiaan sejati. Kebahagiaan ini tidak tergantung dari apa yang dimiliki, dan apa yang tidak dimiliki, tidak terikat pada apapun. Untuk mendapatkan kebahagiaan sejati, kita harus bebas dari kemelekatan, kebencian, dan kebodohan batin yang ada pada diri kita. Mungkin itu semua sudah sering diungkapkan di mana-mana, namun ternyata tidak mudah untuk mendapatkan kebahagiaan sejati tersebut. Ingatlah, kebahagiaan sejati, sangatlah berbeda dengan kebahagiaan duniawi. Kebahagiaan sejati bukanlah diperoleh dari kemewahan duniawi ataupun harta yang berlimpah. Kebahagiaan jenis itu sangatlah mudah untuk hilang dan senantiasa berubah menjadi derita.
Ada beberapa cara melatih diri agar tidak melekat, diantaranya adalah berdana, menjalani sila, dan bermeditasi. Meditasi jarang dilakukan rutin oleh umat Buddha awam. Berikut adalah cerita yang saya kutip dari buku "Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 3!". Sekilas tentang penulis, Ajahn Brahm, merupakan biksu asal Inggris yang sekarang aktif berkeliling dunia untuk memberi ceramah dan retret. Suatu ketika, ia sedang berada di Canberra untuk memberikan ceramah. Saat itu ia terserang pilek. Ia benar-benar merasa tidak enak badan seharian penuh, namun orang-orang sudah berdatangan untuk mendengar ceramahnya. Tak ada pilihan lain, akhirnya ia memberikan ceramah. Saat ia baru berceramah selama 30 menit, ia berkata "Sekarang mari kita bermeditasi."
Hadirin setuju, sebab ceramah itu buruk. Kemudian ia bermeditasi selama 30 menit, lalu setelah itu ia mampu berceramah selama sejam penuh. Benar-benar sempurna, mulus, dan ceramah yang hebat. Itulah kekuatan meditasi. Ia hanya sangat hening, damai, dan bahagia. Ketika kita bahagia, kita sesungguhnya rileks, dan ketika rileks, kita pasti akan memiliki kebahagiaan yang alami. Orang yang selalu tidak bahagia adalah orang yang tidak tertawa, tubuh tegang, dan terjebak dalam diri mereka sendiri. Jadi? Be Happy.
Ada 2 jenis cinta dalam meditasi. Pertama adalah cinta yang mengendalikan, posesif, dan melekat. Lalu yang kedua adalah cinta yang membebaskan, memerdekakan. Cinta sejati seharusnya membebaskan, dan memerdekakan. Ketika kita mengamati napas dalam bermeditasi, "Napas, pintu hatiku terbuka untukmu, tak peduli apa yang kau lakukan. Aku akan menjadi sahabatmu, tanpa syarat, tak peduli apa yang terjadi dalam meditasi ini."
Apakah kita sudah melakukan meditasi yang seperti itu? Atau mungkin kita "Ayolah batin! Perhatikan napas! Ayolah! Kamu Bisa! Kamu adalah batinku! Kamu adalah napasku, patuhlah!". Jika begitu, kita berarti menjadi seorang 'maniak kendali'.
Banyak di antara kita yang malah justru senang terikat pada duka. Seperti seorang perempuan yang putrinya menjadi korban kejahatan mengerikan. Ia menjadi korban, namun ia mendapat banyak simpati, dan kejadian itu membuatnya memiliki suatu identitas. Ia berpikir bahwa jika ia melepaskan kelekatannya itu, ia akan harus membuat suatu identitas baru. Itulah salah satu masalah paling besar, penyebab kita tidak bisa melepas kemarahan, rasa bersalah, penyesalan, atau kelekatan lainnya pada masa lalu.
Buddha menyebutkan bahwa ada dua macam kenikmatan. Kenikmatan duniawi atau amisa-sukha, dan kenikmatan Dharma atau Dhamma-sukha. Kenikmatan duniawi diantaranya adalah melahap makanan, mendegar musik, menonton film bagus, bercinta, atau hal duniawi lainnya. Apakah 'kenikmatan' ini yang lebih sering kita alami?
Kenikmatan Dharma salah satunya adalah inspirasi. Jika mendengar ceramah bagus, kita akan terinspirasi, perasaan gembira akan masuk ke dalam batin. Kita akan benar-benar melihat tindakan yang bajik, welas asih, dengan membiarkan diri kita tersenyum. Hadirkan rasa bahagia itu. Be Happy!